Selasa, 20 Oktober 2015

Pesan Sang Kekasih

Intan memoles bibirnya dgn lipstik merah muda tipis2. Itu sentuhan terakhir pd wajahnya. Setelah merasa cukup menarik, Intan tersenyum dan meraih tas kecilnya. Malam ini dia ada kencan bersama Mahfuz, kekasihnya. Walau perasaannya di landa gembira, namun Hatinya juga was-was. Akankah kencannya kali ini berhasil?

Saat itu, jam dinding menunjukkan pukul 7.30 malam, saat Intan menerima short message di hapenya. Dari Mahfuz.

"Yank, maaf. Tiba2 aku ada keperluan lain malam ini. Kamu jgn marah ya? Aku janji, malam minggu depan kita jalan, deh. I love you."


Intan berdiri menatap kata2 menyakitkan di hapenya. Tubuhnya bergetar karena kesal.

"Sial! Sial! Sial!" runtuknya menghentakkan kakinya ke lantai, "Aki benci kamu, Mahfuz!!" teriaknya melempar tas dan hapenya ke tempat tidur. Saat yg sama, kembali hapenya berdering tanda sms baru yg masuk. Intan buru2 meraih hapenya dr tempat tidur, berharap kalo Mahfuz berubah pikiran dn kembali mengajaknya keluar.

"Ups!! Tyhara!" bisiknya dlm hati. Ternyata sms dr temannya, yg menanyakan apa dia ada acara malam ini.

"Engga. Gue mau gabung deh sm lo." jwb Intan cepat. Dia harus pergi dan menghibur dirinya malam ini, jk tdk ingin menangis sepanjang malam.

"Emang lo ga jalan sama Mahfuz?" tny Tyhara lagi di smsnya.

"Begitu deh..."

"Ya udh, gabung aja disini," undang Tyhara sambi mengirimkan nama sebuah diskotik beserta alamatnya. Intanpun segera tancap gas.

Akhirnya, dgn naik taksi, Intan menyusul teman2nya ke diksotik. Disana, sdh menunggu bbrp teman akrabnya, yaitu Tyhara, Dessy, dan Rara. Musik yg terdgr hingar bingar memudahkan Intan utk segera bergabung. Lalu tiba2, Dessy yg dr toilet segera membisikkan sesuatu pada Intan.

"Apa? Lo serius?"

"Iya." Dessy mengangguk pasti.

Intan mengepalkan tangannya. Mukanya berubah tegang dan kesal.

Wah, kenapa ya?

Tiba 2 Intan pergi dr meja mereka.

"Eh, ada apa ya?" tanya Tyhara dan Rara bersamaan.


"Gue liat Mahfuz di meja dkt bar." jwb Dessy sambil menyeruput minumannya.

"Hah?? Masa siyh? Bukannya td Intan blg cowo itu ada urusan mk nya kencan mrk batal?" tny Rara lg.

"Yah, begitulah cowo. Ga bs dipercaya." jwb Dessy mencibir.

"Lo liat Mahfuz ma siapa. Des?"

"Lo ga bakal percaya. Dia gue liat lagi peluk2an sm Viarna."

"Whaatt???"

"Mesra bgt. Ky org pacaran gitu deh."

"Ampun! Viarna bener2 deh. Dia kan tau Mahfuz pacaran ma Intan." gerutu Rara kesal.

"Tuh cewe memang suka nyamber cowo org lain, ya?" Tyhara berkata gusar. "Gue perhatiin, ky nya dia ga pernah punya cowo yg single. Pst bole ngerebut pacar org lain."

Dessy angkat bahu, "Untunglah gue jomblo."

"Yeah." Tyhara mengangguk, "Tapi kasihan Intan ya. Skrg, dia pasti sdg mencak2 melabrak dua org itu."

Apa yg dikatakan Dessy ternyata bukan isapan jempol belaka. Dgn jelas sekali, Intan melihat Mahfuz, cowo yg sdh mjd pacarnya sejak selama 2 tahun, kelas 1 SMU itu tengah memeluk pinggang Viarna, dan mereka kelihatan asyik sekali seakan dunia milik mereka berdua.

Perasaan Intan lgsg galau. Marah. Emosi benar2 membakar benaknya. Serta merta dgn gerakan yg cepat, di tariknya jaket Mahfuz shg cowo itu membalikkan tubuhnya dan lgsg berhadapan dgn Intan.

"Hei! Siapa yang..." Mahfuz tdk meneruskan kalimatnya saat matanya melihat sosok gadis di hadapannya. Malam itu dia memang agak sedikit teler. Karena td Viarna benar2 membuatnya minum bir yg banyak. Namun, wl dlm pandangan nanar, Mahfuz bisa meyakinkan dirinya kalo yg berdiri melotot di hadapannya adalah...

"Intan???" ucapnya kelabakan. "Sayang, aku bisa jelaskan..."

"PLAAKK!!" tangan Intan terangkat dn lagsg menampar cowo itu. "Kita putus!" katanya memandang jijik. Lalu dia segera berlalu.

"Intan, tunggu. Aku akan jelaskan..." Muhfuz berusaha menangkap tgn Intan.

"Lepaskan atau aku akan berteriak!!" desis Intan mengibaskan tangannya. Mau tak mau Mahfuz melepaskan tgn Intan.

"Intan, besok aku akan jelaskan!!" teriak Mahfuz. Tp suaranya hilang di telan musik yg memekakkan telinga.

Saat kembali ke meja, Intan sudah terisak2 karena sedih. Air matanya bercucuran. Dia tak perduli byk tamu yg ngeliatin dng pandangan aneh dn bertanya2. Begitu teman2nya melihat situasi Intan yg sedih, mereka memutuskan utk pulang saja.

***


Dua hari Mahfuz berusaha menemui Intan. Di sekolah, di tempat kursus, terutama di rumah. Namun cewe itu sepertinya sdh benci bgt sm Mahfuz dn tdk mau mendengar penjelasan cowo itu lagi. Dia tdk mau bertemu. Bahkan Intan selalu membuang muka bila kebetulan tatapan mereka bertemu.

Sebenarnya, Intan masih mencintai Mahfuz. Dia bhkn tdk bisa melupakan cowo itu wl sedetikkpun. Mau makan, atau mau tidur, Intan selalu ingat Mahfuz. Biasanya cowo itu selalu telepon atau sms utk sekedar mengucapkan selamat makan atau selamat tidur.

Tp kini ucapan2 itu tdk ada lg, sb Intan sdh mengganti kartunya, dan hny teman2 akrabnya yg tau. Di sekolah, kalau Mahfuz mendatanginya, Intan psti segera menghindar dan lgsg ke kantor guru. Jika Mahfuz dtg ke rumah, Intan sdh memesankan pd bibi, bhw dia tdk mau bertemu lagi. Wl Mahfuz berkeras dgn segala macam alasan, namun Intan tetap tdk mau bertemu. Perasaan Intan sungguh tersiksa. Semua kenangan selama bersama Mahfuz, kembali melintas bagai film panjang yg menyiksa batinnya. Tp dia harus kuat dan bertekat utk tdk lg memikirkan cowo itu.

Dia hny mau menangisi kepedihan hatinya. Dan menyesal telah menyia2kan wkt nya 2 thn bersama cowo yg tdk setia.

Sebenarnya, sblm pacaran, Intan tau kalo Mahfuz adalah cowo playboy. Tp anehnya, selama 2 thn berpacaran, cowo itu bs setia dan tdk macam2. Hingga bbrp minggu belakangan ini, terdgr santer kalo Mahfuz dekat dgn cewe lain, yg tak lain dan tak bukan adalah Viarna, anak kepala sekolah mrk.

Sdh 1 minggu sejak kejadian itu, rasanya seperti satu abad lamanya. Rasa sepi dan rindu benar2 membuat perasaanya terluka. Dia benar2 tdk bs melupakan Mahfuz sekalipun cowo itu sdh menyakitinya.

Pulang sekolah, ketiga sahabatnya, Tyhara, Rara dan
Dessy dtg kerumah. Mereka prihatin dgn kondisi Intan yg selama seminggu ini murung dan mengurung diri di kamar.

"Udahlah say. Ngapain juga lo mikirin cowo ga bener gitu. Kan msh ada cowo lain yg suka sm lo. Lupain aja dia." hibur Dessy sore itu.

"Iya, bener Tan. Ga penting lagi menangisi cowo ky gitu. Sayang loh air mata lo terbuang gara2 cowo ga setia." tambah Rara.

Tyhara menjentikkan jarinya, "Tan, supaya lo lupa sama kesedihan lo, gimana kalo ntr malem kita karaoke. Jd lo bs teriak2 dn njerit2 sesuka lo disana."

"Eh, iya. Bener tuh Tan. Lo bisa eksplore emosi lo disana." tambah Rara dan Dessy bersamaan.

Intan tau, teman2nya berusaha menghiburnya. Berusaha membuatnya kembali ceria. Tdk tega juga dia menolak ajakan teman2nya tersebut.

"Okey. Kita karaoke ntr malam."

"Sip!! Kami akan ngejemput elo jam 8 malam ya?"

Intan mengangguk lemah.

Baru saja Intan selesai berdandan, pintu kamarnya di ketuk dr luar.

"Ada apa bi?" tny gadis itu setelah membuka pintu.


"Itu non... Pacar...eh, mantan pacar non datang."

Intan lgsg bete, "Usir aja bi. Aku benci ma dia dan ga mau ketemu. Bibi kan tau itu."

"Tapi non, kasian. Dia...dia berdarah."

"Berdarah?"

"Iya, non. Kepalanya berdarah. Sepertinya dia hbs kecelakaan. Jd bibi ga tega ngusir dia."

Intan menelan ludah. Ingin sekali dia melompat menghampiri Mahfuz krn dia memang msh cinta. Namun harga diri dan perasaan sakit menghalanginya. Akhirnya dia keluar jg tp dgn sikap yg ogah2an.

"Intan." terdgr suara Mahfuz sedikit aneh. Dan benar, Intan melihat ada darah mengalir dr kepala cowo itu. Wajahnya pucat, dan jaketnya tampak sobek d bgn lengan.

"Aku tdk pny byk wktu." ucap Intan ketus. Dia berusaha menekan rasa kasihannya saat melihat cowo itu tampak menderita.

"Baiklah, Intan. Aku jg sebentar saja." ucap Mahfuz kemudian, "Aku dtg hny utk minta maaf pdmu, Tan. Krn tlh menyakiti hatimu. Sebenarnya aku tdk pny perasaan apapun sm Viarna. Kamu slh sangka. Malam itu Viarna memohon aku ikut dia ke diskotik. Tujuannya utk membuat pacarnya marah dan cemburu. Jd kami hny acting aja mlm itu. Dan aku ga nyangka trnyata kmu muncul, Tan. Aku jg benar2 merasa bersalah krn tdk berterus terang pdmu sebelumnya. Jd masalahnya mjd runcing." Mahfuz diam sejenak. Diliriknya Intan yg hny terduduk terpaku, tnp mengatakan apapun. "Intan. Maafkan aku ya.. Aku janji tdk akan mengganggumu lg stlh ini, bl kamu mau memaafkan aku."

Intan menelan ludah, "Kamu kenapa? Ikutan balap liar lg ya?" tanyanya mulai luruh. Dia tau bgt Mahfuz suka ikutan balap liar kl hatinya lg galau.

Mahfuz mengangguk, "Aku patah hati dan sangat merindukanmu, Tan. Aku sedih telah membuat hubungan kita hancur. Kamu mau memaafkan aku, kan?"

"Entahlah." Intan menggeleng lemah.


"Kamu ga perlu menerimaku kembali, Tan. Cukup memaafkan aku saja. Lalu aku akan pergi dr mu selamanya." ucap Mahfuz tersenyum lemah. Wajahnya tampak lebih pucat dr sebelumnya. Pst krn darah yg menetes bnyk dr kepalanya.

"Aku ga tau.."

"Intan, plis. Aku ga akan tenang bila kamu belum memaafkan aku."

Intan bingung. Dia msh marah. Tp dia juga ga tega melihat Mahfuz bermohon2 padanya, "Baiklah, Mahfuz. Aku memaafkanmu."

Mahfuz tersenyum, "Makasih, Tan. Aku tenang sekarang. Aku... Aku pulang ya."

Intan mengangguk.

Sampai di motornya, Mahfuz membalikkan tubuhnya, "Intan, boleh aku meminta sesuatu padamu, sebelum aku pergi?"

"Apa?"

Mahfuz menghela nafas, "Tolong jgn pergi malam ini, ya..."

Intan mengernyitkan keningnya, "Tapi kenapa?"

"Perasaanku ga enak aja. Tolong ya, Tan. Sekali ini aja." katan cowo itu seraya membelai pipi Intan sesaat. Lalu dia pun berlalu dgn motornya.

Tepat saat yg sama, teman2nya dtg dan segera membukakan pintu mobil pada Intan.

"Ayo, masuk!" teriak Thyara dr blkg kemudi.

Intan bimbang. Antara sahabat, atau keinginan Mahfuz yg sdh mjd mantannya itu. Akhirnya dia memutuskan utk mengikuti kata hatinya.

"Sorry guys. Gue ga ikut deh malam ini." katanya lemah.

"Loh? Kok gitu? Kita kan udh janji?" teriak Rara kecewa.

"Iya Tan. Pan lo juga udh siap2." tambah Dessy.

"Gue minta maaf, ya."

"Duh! Padahal gue udh pesan tempat lagi. Gimana dong?" tny Thyara yg tampak sgt kecewa.

"Ya udah. Kalian aja yg pergi." ujar Intan.

"Yee... Itu namanya ga setia kawan dong." teriak ketiga sahabatnya bersamaan.

"Kalo gitu kita ga usah karaokean deh malam ini. Kita maen kartu aja smbil nonton tv. Ra, lo telepon pizza, gih." kata Thyara melompat keluar dr mobil. Disusul oleh Rara dan Dessy.

Satu jam kemudian, Thyara mendapat telepon dan wajahnya lgsg memutih.

"Hei guys... Ambil cannel berita." katanya seraya meletakkan hapenya. Intan segera menukar cannel tv nya ke siaran berita.

"Itu dia." seru Thyara terkejut.


Ketiga sahabatnya segera mengikuti siaran yg sdg di tayangnya. Berita tentang sbh kebakaran HEBAT yg menimpa cafe dan restoran di jakarta selatan.

"Subhannalah! Itu kan tempat yg mau kita datangi!" seru Rara.

Dessy melihat tanpa berkedip, sementara Intan menitikkan air matanya. Inilah yg diminta oleh Mahfuz td, saat dia dtg. Cowo itu menyelamatkannya.

Melihat Intan menangis, ketiga sahabatnya jd bingung.

"Lo kenapa Tan? Kok jd nangis itu? Kita kan ga jd kesono. Harusnya happy dong." ujar Dessy bingung.

"Lo semua pst ga akan percaya." ucap Intan menangis. "Td sblm kalian datang, Mahfuz kemari. Dia minta maaf sama gue dan ngasih pesan agar gue ga kemana2 malam ini. Itulah sb mengapa gue batalin janji kita."

"My God!" Thyara dan Rara mengucap.

"Eh, kalo gitu, lo telepon Mahfuz deh Tan. Kita mau ngucapin terima kasih. Dia bkn hny nyelamatin elo, tp kita juga." ujar Dessy salut.

"Iya Tan. Telepon Mahfuz deh. Kita hrs ngucapi makasih sm dia."

Intan mengangguk. Segera dia menelepon Mahfuz. Bbrp saat, tdk ada yg mengangkat. Lalu setelah itu, Intan mendengar suara perempuan, yaitu mamanya Mahfuz.

"Apa tante?" tanya Intan memekik histeris.

"Iya Intan. Maaf tante ga menghubungi Intan. Ini pesan terakhir Mahfuz."

"Tidak!!" teriak Intan menatap nanar. Lalu hape di tangannya terjatuh sesaat dia roboh dan pingsan.

"Astaga, Intan!!" teriak teman2nya heran. Sementara Rara dan Dessy mencoba menyadarkan Intan, Thyara mengambil hape Intan dan mendengarkan.

"Mahfuz tabrakan subuh tadi, nak Intan. Dan dia meninggal di rmah sakit jam 9 pagi. Kami sdh menguburkannya td sehabis juhur. Maaf karena kami tdk menghubungi nak Intan ya? Ini pesan Mahfuz. Katanya dia sendiri yg akan dtg menemui Intan, kerena ada yg msh ingin disampaikannya."

Thyara menutup telepon dgn muka pucat.

"Ada apa Thy? Kenapa Intan pingsan?" tanya Dessy dan Rara bersamaan.

"Mahfuz meninggal." katanya terbata2. Air matanya mengalir, "Tadi, jam 9 pagi."

TAMAT
 
 
 
 
 
 
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar